
Ana dan Andi pelaku pengrajin sulaman dan bordir dengan hasil produknya
Bukittinggi, winsbnews- Minangkabau mempunyai kekayaan sulaman yang memiliki pola dan motif khas tersendiri, banyak ragam sulaman seperti, sulaman kapalo samek (kepala peniti), suji, terawang, kristik dan bayang. Begitu juga dengan bordir kerancang, tenun dan songket, ini semuanya telah dikenal di mancanegara.
Melihat hal potensi sulaman dan bordir tersebut, Lusiana Lukman yang akrab disapa Ana pelaku pengrajin bordir dan sulaman di Kota Bukittinggi, tepatnya di jalan Kemuning Kelurahan Puhun Pintu Kabun Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, menggeluti dunia usaha mikro ini sudah hampir sembilan tahun sejak tahun 2014 untuk kehidupan keluarga bersama suaminya bernama Andi dan tiga orang anaknya.
Dijelaskannya, ketika ditemui di ruang pamer kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) pada Pedati ke-13 tahun 2023 di Lapangan Wirabraja (lapangan kantin), Sabtu (16/12), Ana pun diajak Sintia staf kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB Kota Bukittinggi untuk mengisi ruang pamer pada pedati ke 13 tahun 2023 ini. Jadi setelah masuk bergabung dengan UPPKA ini, Alhamdulillah banyak yang mengetahui hasil produksi yang dibuat secara langsung dan menambah omset penjualan.
Anna yang membuat sulaman dibantu suaminya yang mendesain grafis motif sulaman dengan komputer. Alhamdulillah kini telah dikarunia tiga orang anak yang semuanya perempuan, jadi tempat memproduksi sulaman dan bordiran dinamakan Nauang Bulan yang berarti menaungi anak perempuan.
Kata Ana, membuat sulaman bordir, ada dengan tangan dan ada juga dengan menggunakan mesin komputer atau mesin hitam (mesin jahit biasa). Sulaman dan bordiran tersebut untuk baju seragam, bahan baju kurung, selendang dengan motif ada yang sudah ada dan ada juga tergantung motif pesanan dari pembeli, sedangkan harga yang relatif terjangkau.
Sulaman dan bordiran yang dibuat dengan tangan, mengenai harganya tentu melihat tingkat kesulitan membuatnya dan juga bahannya. Artinya semakin sulit tingkat pembuatan dan bahannya seperti sutera, harganya disesuaikan dengan pembuatan dan jenis bahan. Hasil produk kerajinan yang dibuat bordir suji caia dan sulaman kapalo samek.
Asal mulanya memasarkan hasil produksinya ke pasar atas, setelah perkembangan zaman dengan adanya penjualan secara online atau yang disebut marketplace dan juga melalui media sosial, dengan demikian maka penjualannya juga mengikuti perkembangan zaman, Alhamdulillah pemasaran hasil produksi sudah hampir seluruh Indonesia, ucapnya.
Sedangkan Andi suami Ana menjelaskan, awal prosesnya memproduksi yaitu melihat perkembangan dunia bordir dan juga mempunyai kemampuan mendesain motif bordir. Dari pembelajaran membuat desain tersebut yang telah didapat, maka memberanikan diri memproduksi bordir dengan hasil aplikasi yang telah didesain sendiri. Hasil desain ini pun tidak ada pada bordiran orang lain.
Semakin banyak event atau pameran-pameran, maka bisa tampil secara langsung (offline) sehingga masyarakat yang melihat langsung dapat tertarik untuk membelinya, karena pangsa pasar yang kini dikejar guna berputar usaha. Selama ini eksisnya secara online di media sosial.
Andi tamatan fakultas ekonomi Universitas Bung Hatta dengan predikat sarjana ekonomi, menggeluti desain motif bordir karena sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi tidak juga mendapatkannya. Dalam kehidupan tidaklah boleh patah ditengah jalan, harus bisa memutar roda perekonomian untuk kehidupan keluarga, ungkapnya. (Iwin SB)